MEREKA MASIH TERABAIKAN! Shalom! Saya mau bersaksi sedikit tentang pelayanan suku Lautje Sulawesi Tengah Prop. Palu. Pada tanggal 23 juli s/d 03 Agustus 2011 saya diutus untuk melayani di suku Lautje ini. Menurut informasi dari rekan rekan pelayan Tuhan disana bahwa populasi suku ini mencapai 15 ribu jiwa dan mayoritas menganut agama Kristen, oleh karena berkat pelayanan sepasang Missionary dari Kanada selama 25 (dua puluh lima) tahun. Sungguh luar biasa bukan? Namun kini semuanya menjadi kenangan atau monument sebab Misionari tersebut sudah meninggalkan suku Lautje karena tidak mendapat ijin tinggal oleh pihak pemerintah Indonesia. Suku Lautje ini berdomisili di pegunungan dari pesisir Pantai Timur Sulawesi tengah, belum ada janlan yang masuk kecuali jalan tapak yang hanya dilewati kendaraan roda dua, itupun sampai di lereng gunung dan harus menempuh dengan berjalan kaki, selama (lima ) 5 jam. Daera yang sayangt terjal dan berbatu, serta jurang yang sangat sulit untuk ditempuh, Setelah saya dan tim ke lokasih mayoritas mereka tidak dapat berbahasa Indonesia, tidak dapat membaca apa lagi menulis dan tidak ada pelayanan kesehatan. Mereka sangat terisolir karena tidak adanya akses jalan yang memadai. Sesungguhnya padasaat misionaris pelayanan dinasa ada landasan pesawat dan helicopter sehingga masyarakat suku Lautje banyak mendapatkan pertolongan dalam hal kesehatan dan bantuan makanan. Namun sekarang tinggal kenangan. Tanah yang agak gersang, dan berbatuan, serta lembah-lembah yang terjal menyebabkan sangat sulit untuk bercocok tanam, meskipun demikian olehkarena keadaan yang memaksa mereka sehingga harus bekerja keras, bercocok tanam, seperti ubi kayu, talas , jagung, dll hanya untuk dapat bertahan hidup, kadangkala mereka harus memikul hasil buminya untuk berjualan turun gunung dengan berjalan kaki dan hal paling tragis adalah upah yang mereka terimah tidak setimpat. Misalnya: jagung satu karung mereka menjual dengan harga 10 ribu, namun penduduk (kedar dan nebayot) luar berpura-pura tidak mau beli karena pikirnya tidak mungkin bawa dagangannya balik naik gunung lagi jadi, hanya dihargai dengan seharga 2000 ruiah saja… Belumlagi soal pendidikan meskipun ada SD yang berdekatan dengan lokasih tinggal suku lautje tersebut namun tidak ada guru yang mau mengajar, hanya ada satu guru lulusan SD yang berasal dari suku asli lautje….dan beliau merupakan satu satunya putra daera suku lautje yang lulus SD dan yang lainnya tidak ada…. Berikut mengenai kesehatan, tidak ada poliklinik, atau warung yang menjual obat, jadi seringkali banyak ibu-ibu yang meninggal bersama dengan bayi, tingkat kematian cukup tinggi, menurut informasi dari hasil wawancara kami dengan kepala dusun, kepala adat, serta rekan hamba Tuhan yang melayani lama disama menyatakan bahwa kemungkinan 15 ribu jiwa tersebut dapat menjadi punah karena factor kesehatan dan pendidikan yang tidak memadai. Setelah saya amati bebrapa hari disana ternyata pada umumnya kaum pria postur tinggi badanya hanya mencapai sekitar 100;130 Cm (pendek ) dan pria pa umumnya di pundak atau bahunya terdapat kapalan seperi daging tumbuh berukuran bolah tenis. hal ini dikarenakan sejak dari anak-anak mereka sudah memanggul di bahu) Hal yang tragis lainnya adalah seorang ibu bersaksi bahwa banyak ibu hamil yang meninggal meskipun dia berusaha menolong ibu,ibu yang sakit bersalin, menurutnya kadangkala ia membantu memotong tali pusat hanya dengan mengunakan bambu dan tanpa kaos tangan. Ia berharap keadaan seperti ini segerah berlalu, namun apa daya tangan tak sampai…..dia berkata ini adalah pelayanan dan saya percaya ada upah di sorga tegasnya!. Sangat ironis dengan jaman yang modern seperti ini ada anak bangsa, yang masih hidup dalam kemiskinan, kebodohan, dan ketelanjangan, hal ini yang terlintas di hati dan pikiran saya, seolah saya tak mampu mengendalikan perasaan sedih ketika melihat dan mendengar segalah keluh kesah mereka……..satu hal yang saya yakini adalah suatu saat mereka akan maju, menjadi; cerdas, sehat dan trampil menjadi pemimpin! Namun saya bertanya bagaiman dan kapan hal itu akan terwujud? Saya ingat Firman Tuhan “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu (.Amsal 19:17) jadi artinya maukah kita sebagai anak anak Tuhan yang diberkati rela mengorbankan sebagian dari berkat yang kita terima untuk menjangkau mereka? Dan tahukah anda bahwa hal itu akan memiutangi Tuhan?...kalau kita mau belajar dari Tuhan kita Yesus Kristus maka, Dia selalu memberi makan bagi mereka yang lapar dan menyembuhkan sakit penyakit bagi mereka membutuhkannya kemudian baru Ia mengajarkan Firma Allah kepada setiap orang yang datang mengikuti Dia Kepada semua pembaca yang dikasihi Tuhan mereka adalah saudara seiman kita,” Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”.(Galatia 6:10) Perluh kita ketahui bahwa ada dua dusun yang tadinya ada gereja namun kurang lebih lima tahun yang lalu mereka meninggalkan Tuhan, menyeberang ke (saudara sepupuh kita keturunan ismail) hanya oleh karena mereka diberi alat –alat pertanian seperti sekop, pacul, parang, dsbnya. Kasih itu perluh nyata…para pembaca yang dikasihi Tuhan tanpa menyinggung atau bermaksud jahat saya mau sharing disini bahwa: 1. Amanat agung Tuhan kita Yesus Kristus “saat ini menjadi terbalik”. Yaitu kita bisa lihat dari brosur, spanduk dan iklan-iklan yang terpampang bunyinya begini: “Datanglah & Hadirilah,” jadi kita menyuru mereka atau jiwa-jiwa datang,sementara kita menunggu ditempat. padahal Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus perintah-Nya jelas tidak seperti itu! Coba lihat ” Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,(Mat 28:18) Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. (Markus 16:15) 2. Bukan hanya itu tetapi kita perlu mewaspadai bahwa banyak generasi muda atau petobat baru yang belum mengerti makana mengenai menjangkau bangsa-bangsa., sehingga mereka salah menginterpretasi bangsa –bangsa yang dimaksud dalam alkitab adalah Negara-negara.padahal yang dimaksud Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas bersama (suku), dan mempunyai kesamaan bahasa, agama, ideologi, budaya, dan/atau sejarah. Mereka umumnya dianggap memiliki asal-usul keturunan yang sama. Konsep bahwa semua manusia dibagi menjadi kelompok-kelompok bangsa ini merupakan salah satu doktrin paling berpengaruh dalam sejarah. Doktrin ini merupakan doktrin etika dan filsafat, dan merupakan awal dari ideologi nasionalisme.( Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas) Jadi sangat berbedah, olehnya kita mengalami kekurangan SDM. 3. Teologia kemamkmuran juga tanpa disadari menghalagi pemberitaan Injil di berbagai suku di Indonesia. Perlu kita tahu bahwa; yang dimaksud dalam nubuatan yesaya 60:1-22 terutama di pasal 1-7 adalah juga di Indonesia. Indonesia merupakan Negara maritime, dan yang mendiami pulau pulau adalah bani kedar dan nebayot alias keturunan ismail, tentu populasi terbesar di dunia yang perlu menjadi sasaran penginjilan kita..namun sayangnya setelah lulus kuliah dari sekolah alkitab atau sejenisnya rata-rata mereka tidak mau pergi ke suku bangsa di Indonesia. Mereka memilih menjadi lebih tenar, terkenal, melayani di kota –kota digedung bertingkat, hotel yang mewah, mandapatkan amplop dan intinya mencari kenyamanan dan kesenangan diri sendiri. 4. Sesungguhnya ada banyak gereja yang mampu namun lebih sibuk merawat dan memperindah asesoris gereja, serta membangun gedung yang megah dengan menghabiskan miliyaran rupiah. Sungguh sangat ironis dengan mereka yang ada di suku Lautje dan suku suku lain di Indonesia belum terjangkau. Apakah anda tergerak untuk mengunjungi mereka? Atau anda tidak punya waktu dan anda rindu menyalurkan berkat? Kami sudah membuka rumah singgah dan ada 5 orang tenaga misi yang siap ditempatkan disana namun, saat ini kami butuh biaya operasional. Anda yang tergerak silahkan hubungi kami: Pdm. P Diben Elaby /081510860834/0811804106.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar